UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA
Di Susun Oleh :
M.Ridho.s
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI (STAIN) STUDY KASUS
SMK PGRI 2 PONOROGO
TAHUN AJARAN 2013
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG MASALAH
Istilah pubertas
maupun adolescensia sering di maknai dengan masa remaja, yakni
masa perkembangan sifat tergantung (dependence) terhadap orang tua
kearah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri,
perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Sedangkan
menurut Harold Alberty (1967:86), remaja merupakan masa
peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni berlangsung 11-13 tahun sampai
18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran seseorang.
Sejauh mana remaja dapat
mengamalkan nilai-nilai yang di anutnya dan yang telah dicontohkan kepada
mereka? Salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukukan remaja adalah
mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya lalu menyesuaikan tingkah
lakunya dengan harapan sosial tanpa bimbingan, pengawasan, motivasi, dan
ancaman sebagaimana sewaktu kecil. Dia juga di tuntut mampu mengendalikan
tingkah lakunya karena dia bukan lagi tanggung jawab orang tua atau guru.
Berdasarkan penelitian
empiris yang dilakukan Kohlberg pada tahun 1958, sekaligus menjadi disertasi
doktornya dengan judul The Developmental of model of moral Think and
choice in the years 10 to 16. menyebutkan bahwa tahap-tahap
perkembangan moral pada individu dapat di bagi sebagai berikut:
1. Tingkat
Prakonvensional
Pada tingkat ini anak
tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya
mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Akan tetapi, hal ini semata-mata
ditafsirkan dari segi sebab akibat fisik atau kenikmatan perbuatan (hukuman,
keuntungan, pertukaran dan kebaikan).
2. Tingkat
Konvensional
Pada tingkat ini, anak
hanya menurut harapan keluarga, kelompok atau bangsa. Ia memandang bahwa hal
tersebut bernilai bagi dirinya sendiri, tanpa mengindahkan akibat yang segera
dan nyata.
3. Tingkat
Pasca-konvensional
Pada tingkat ini terdapat
usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang dimiliki
keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang
berpegang pada prinsip-prinsip itu dan terlepas pula dari identifikasi individu
sendiri dengan kelompok tersebut.
Piaget menyebutkan
bahwa masa remaja sudah mencapai tahap pelaksanan formal dalam kemampuan
kognitif. Dia mampu mempertimbangkan segala kemungkinan
untuk mengatasi suatu masalah dari beberapa sudut pandang dan berani mempertanggung
jawabkan.
Sehingga kohlberg juga
berpendapat bahwa perkembangan moral ketiga, moralitas pasca-konvensional harus
di capai selama masa remaja. Sejumlah prinsip di terimanya melalui dua tahap;
pertama menyakini bahwa dalam keyakinan moral harus ada fleksibilitas sehingga
memungkinkan dilakukan perbaikan dan perubahan standar moral bila menguntungkan
semua anggota kelompok; kedua menyesuaikan diri dengan standar sosial dan ideal
untuk menjahui hukuman sosial terhadap dirinya sendiri, sehingga perkembangan
moralnya tidak lagi atas dasar keinginan pribadi, tatapi mernghormati orang
lain.
Akan tetapi pada kenyataan
banyak di temukan remaja yang belum bisa mencapai tahap pasca-konvensional,
dan juga pernah di temukan remaja yang baru mencapai tahap prakonvensional.
Fenomena tersebut banyak di
jumpai pada remaja yang pada umumnya mereka masih duduk di bangku SMA/SMK,
seperti:
1. Berperangi
tidak terpuji, meremehkan peraturan dan disiplin sekolah
2. Suka
berhura-hura dan bergerombol.
3. Mentaati peraturan
sekolah, karena takut pada hukuman.
4. Dan
tidak jarang kita mendengar perkelahian terjadi
antar remaja yang tidak jelas sebabnya. Bahkan perkelahian dapat meningkat
menjadi permusuhan kelompok, yang menimbulkan korban pada kedua belah pihak.
Bila ditanyakan kepada mereka, apa yang menyebabkan mereka berbuat kekerasan
sesama remaja, dan apa masalahnya sehingga peristiwa yang memalukan tersebut
terjadi, banyak yang menjawab bahwa mereka tidak sadar mengapa mereka secepat
itu menjadi marah dan ikut berkelahi.
Fenomena di atas
menggambarkan bahwa upaya remaja untuk mencapai moralitas dewasa; mengganti
konsep moral khusus dengan konsep moral umum,
merumuskan konsep yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai pedoman
tingkah laku, dan mengendalikan tingkah laku sendiri, merupakan upaya yang
tidak mudah bagi mayoritas remaja.
Menurut Rice (1999),
masa remaja adalah masa peralihan, ketika individu yang memiliki kematangan.
Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja
melakukan pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah, pertama hal
yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan. Pada
saat ini, masyarakat dunia sedang mengalami banyak perubahan begitu cepat yang
membawa berabagai dampak, baik positif maupun negatif bagi remaja.
Dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu
karakteristik di dalam diri remaja yang membuat relatif lebih bergejolak
dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and stress
period).
Agar remaja yang sedang
mengalami perubahan cepat dalam tubuhnya itu mampu menyesuaikan diri dengan
keadaan perubahan tersebut, maka berbagai usaha baik dari pihak orang tua, guru
maupun orang dewasa lainnya, amat diperlukan.
Salah satu peran guru
adalah sebagai pembimbing dalam tugasnya yaitu mendidik, guru harus membantu
murid-muridnya agar mencapai kedewasaan secara optimal. Artinya kedewasaan yang
sempurna (sesuai dengan kodrat yang di punyai murid) Dalam peranan ini guru
harus memperhatikan aspek-aspek pribadi setiap murid antara lain kematangan,
kebutuhan, kemampuan, kecakapannya dan sebagainya agar mereka (murid) dapat
mencapai tingkat perkembangan dan kedewasaan yang optimal.
Untuk itu di samping orang
tua guru di sekolah juga mempunyai peranan penting dalam membantu
remaja untuk mengatasi kesulitanya, keterbukaan hati guru dalam
membantu kesulitan remaja, akan menjadikan remaja sadar akan sikap dan tingkah
lakunya yang kurang baik. Usaha yang terpenting guru
adalah memberikan peranan pada akal dalam memahami dan menerima kebenaran agama
termasuk mencoba memahami hikmah dan fungsi ajaran agama. Guru agama
yang bijaksana dan mengerti perkembangan perasaan remaja yang tidak
menentu, dapat menggugahnya kepada petunjuk agama tentang
pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang sedang memasuki masa baligh (puber).
Salah satu ketentuan, misalnya dengan memberikan pengertian tentang berbagai
ibadah yang dulu telah dilakukan remaja, seperti sholat, puasa dan sebagainya,
sekarang diberikan hikmah dan makna psikologis bagi ibadahya tersebut, misalnya
makna sholat bagi kesehatan mentalnya. Ia dapat mengungkapkan perasaan yang
galau kepada Allah dan ia dapat berdo’a memohon ampun atas kekeliuannya, ia
boleh minta dan mengajukan berbagai harapan dan keinginan kepada Allah yang
Maha Mengerti dan Maha Penyayang kepada hamban-Nya.
Dengan pemahaman baru
tentang makna dan hikmah ajaran agama bagi kesehatan mental, dan kepentingan
hidup pada umumnya, remaja akan mampu mengatasi kesulitannya, dan mampu
mengendalikan diri. Dengan kemampuan pengendalian diri (self
control) yang baik, remaja di harapkan mampu mengendalikan dan menahan
tingkah laku yang bersifat menyakiti dan merugikan orang lain atau mampu
mengendalikan serta menahan tingkah laku yang bertentangan dengan norma-norma
sosial yang berlaku. Remaja juga di harapkan dapat mengantisipasi akibat-akibat
negatif yang di timbulkan pada masa stroom and stress period.
Sebagaimana firman Allah
dalam surat Al-Kahfi ayat 10 dan 13:[14]
(ingatlah) tatkala Para
pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa:
"Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini).
Kami kisahkan kepadamu
(Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda
yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.
Berangkat dari kerangka di
atas maka peneliti mengambil judul: “UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DALAM MENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA (Study Kasus di
SMK PGRI 2 Ponorogo)”.
II. FOKUS PENELITIAN
Penelitian ini difokuskan
pada Upaya Guru PAI dalam meningkatkan Self Control siswa di
SMK PGRI 2 Ponorogo yang meliputi tujuan, kegiatan agama dan
keagamaan yang dilakukan dalam meningkatkan self control
hasil yang di capai, serta faktor pendukung dan penghambat.
III. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang
masalah dan fokus penelitian, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
Pembelajaran Guru PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo?
2. Bagaimanakah
Upaya-upaya Guru PAI dalam meningkatkan Self Control siswa
di SMK PGRI 2 Ponorogo?
3. Hasil apa yang di
capai dalam meningkatkan self control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo?
4. Apa faktor
pendukung dan penghambat terhadap Peningkatan Self Control siswa di SMK PGRI 2
Ponorogo?
IV. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang
masalah dan fokus penelitian, maka Tujuan Penelitian yang ingin di capai
adalah:
1. Untuk
mendiskripsikan dan menjelaskan pembelajaran Guru PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo.
2. Untuk
mendiskripsikan dan menjelaskan upaya-upaya Guru PAI dalam
meningkatkan self control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo.
3. Untuk
mendiskripsikan dan menjelaskan hasil yang di capai dalam meningkatkan self
control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo.
4. Untuk
mendiskripsikan dan menjelaskan faktor pendukung dan penghambat terhadap
peningkatan self control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo.
V. MANFAAT PENELITIAN
1. Teoritis
Penelitian ini di harapkan
dapat menunjukkan bahwa pendidikan agama dan keagamaan yang di lakukan oleh
Guru PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo dapat membentuk self control siswa.
2. Praktis
Penelitian ini dapat
berguna sebagai masukan dalam menentukan kebijakan lebih lanjut bagi SMK PGRI 2
Ponorogo mengenai peranan Guru PAI dalam membantu siswa siswa membentuk self
control yang baik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. LANDASAN TEORI DAN/ ATAU TELAAH PUSTAKA
Untuk memperkuat masalah
yang akan di teliti maka penulis mengadakan tela’ah pustaka dengan cara mencari
dan menemukan teori-teori yang akan di jadikan landasan penelitian, yaitu:
· Self
Control (kontrol diri) adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku
sendiri; kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk
menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif
· Averill
(dalam, Herlina Siwi, 2000) Menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol
personal, yang terdiri dari tiga jenis kontrol, yaitu:
1. Behavior Control (kontrol
perilaku), yang terdiri dari dua komponen, yaitu kemampuan mengatur pelaksanaan
(regulated administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus
modifiability)
2. Cognitive control (kontrol
kognitif), yang terdiri dari dua komponen, yaitu memperoleh informasi (information
gain) dan melakukan penilaian (appraisal).
3. Decisional
Control merupakan kemampuan seseorang untuk
memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau
disetujuinya, kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan
adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan pada diri individu untuk
memilih berbagai kemungkinan tindakan.
· Untuk
mengukur kontrol diri digunakan aspek-aspek sebagai berikut:[17]
a. Kemampuan
mengontrol perilaku
b. Kemampuan
mengontrol stimulus
c. Kemampuan
mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian
d. Kemampuan
menafsirkan peristiwa atau kejadian.
e. Kemampuan
mengambil keputusan.
· Pendidikan
agama Islam hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak, sehingga agama Islam
itu, benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali (controling)
dalam hidupnya di kemudian hari. Untuk tujuan pembinaan pribadi itu, maka
pendidikan agama hendaknya diberikan oleh guru yang benar-benar tercermin agama
itu dalam sikap, tingkah laku, gerak-gerik, cara berpakaian, cara berbicara,
cara menghadapi persoalan dan dalam keseluruhan pribadinya. Atau dengan singkat
dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama akan sukses, apabila ajaran agama itu
hidup dan tercermin dalam pribadi guru.
Tiga langkah orang dewasa
dalam membangun kontrol diri pada anak, yaitu:
1. langkah
pertama adalah memperbaiki perilaku anda, sehingga dapat memberi contoh control
diri yang baik bagi anak dan menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan
prioritas.
2. langkah kedua
adalah membantu anak menumbuhkan sistem regulasi internal sehingga dapat
menjadi motivator bagi diri mereka sendiri.
3. langkah
ketiga mengajarkan cara membantu anak menggunakan kontrol diri ketika
menghadapi godaan dan stres, mengajarkan untuk berfikir sebelum bertindak
sehingga mereka akan memilih sesuatu yang aman dan baik.
Berdasarkan uraian tersebut
maka penelitian ini terkait dengan tela’ah pustaka terdahulu yang berusaha
mengupas pembahasan tentang:
1. Mukh.
Nur Sikin, tahun 2002, yang berjudul: Upaya Guru PAI dalam
meningkatkan nilai-nilai Islam di SMU Negeri 5 Yogyakart. Menghasilkan
temuan tentang nilai-nilai agama Islam di Sekolah, meliputi sholat dhuha,
sholat jama’ah dan membaca Al-qur’an melalui kegiatan ekstra kulikuler keagamaan.
2. Sriyati,
tahun 2004, yang berjudul: Upaya Guru PAI dalam pembinaan Akhlak
Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Menghasilkan temuan tentang
pentingnya peranan guru PAI di SMK dalam menangani perilaku jelek siswa melalui
pembelajaran PAI.
3. Dewi Ima
Maghfiroh 2004, yang berjudul: Pengaruh Pembelajaran PAI terhadap
ketaatan beribadah siswi tingkat III di SMKN 2 Ponorogo, menghasilkan
temuan tentang:
1) Pembelajaran
PAI di SMK Negeri 2 Ponorogo pada kategori sedang
2) Ketaatan beribadah
siswi tingkat III di SMK Negeri 2 Ponorogo pada kategori sedang.
3) Ada
pengaruh yang signifikan anatara pembelajaran PAI dengan ketaatan beribadah
siswi tingkat III SMK Negeri 2 Ponorogo. Karena pembelajaran PAI selain
berdasakan kurikulum yang di tetapkan juga berdasarkan kegiatan-kegiatan
keagamaan yang bersifat non kurikulum.
4. M.
Nur Ghufron, tahun 2003, yang berjudul: Hubungan Kontrol diri,
persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orang tua dengan prokrastinasi
akademik. Menghasilkan temuan tentang:
1) Ada
hubungan negatif antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik.
2) Ada
hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplinotoriter
orang tua dengan prokrastinasi akademik
3) Ada hubungan
negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokrasi orang tua
dengan prokrastinasi akademik.
4) Ada
hubungan positif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif
orang tua dengan prokrastinasi akademik.
Berdasarkan judul skripsi
yang mereka angkat, maka penulis akan mengadakan penelitian, sehingga sampai
saat ini gagasan penelitian muncul dan belum ditemukan penelitian yang membahas
tentang: Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan self
control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo, hal ini sebagai bentuk
betapa urgennya self control bagi anak SMK.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini
digunakan Metodologi dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik
alami (natural setting) sebagai sumber data lansung, deskriptif, proses
lebih dipentingkan dari pada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif
cenderung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang
esensial.
Ada 6
(enam) macam metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif,
yaitu: etnografis, studi kasus, grounded theory, interaktif,
partisipatories, dan penelitian tindakan kelas.
Dalam hal ini penelitian
yang digunakan adalah penelitian studi kasus (case study), yaitu: suatu
penelitian yang dilakukan untuk mempelajari secara intensif tentang latar
belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial:
individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.
2. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian
kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan
penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.Untuk itu, dalam hal ini
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, partisipasi penuh sekaligus pengumpul
data, sedangkan instrumen yang lain adalah sebagai penunjang.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di
SMK PGRI 2 Ponorogo karena di dasarkan pada beberapa pertimbangan:
SMK adalah Sekolah Menengah
Kejuruan yang memiliki konotasi keagamaan yang tidak begitu baik menurut
pandangan masyarakat. Ternyata memiliki suatu kegiatan keagamaan yang begitu
unik, sehingga Guru Pendidikan Agama Islam di SMK sangat berperan dalam
memantau penyimpangan perilaku para siswa. Adanya Imam-Imam setiap Kelas yang
bertujuan untuk mendisplinkan berjalannya kegiatan sholat jama’ah
Dluhur dan kursus membaca Al-Qur’an. Keberhasilan pendidikan agama
Islam tidak hanya dilihat dari keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di
kelas dan keaktifan mengikuti ekstra keagamaan, tapi harus dilihat juga dari
meningkatnya pengendalian diri pada siswa dalam kehidupan sehari-hari.
4. Sumber Data
Sumber data utama dalam
penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan,
seperti dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber data
dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tidakan sebagai sumber utama,
sedangkan sumber data tertulis, foto dan catatan tertulis adalah sumber data
tambahan.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data
pada penelitian ini adalah wawancara, observasi dan
dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat di mengerti maknanya
secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara
mendalam dan observasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlansung dan di
samping itu untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan
yang ditulis oleh atau tentang subyek).
· Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Maksud digunakannya wawancara anatara lain
adalah
(a) mengkonstruksi mengenai
orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian
dan lain-lain,
(b) mengkonstruksikan
kebulatan-kebulatan demikian yang dialami masa lalu.
Dalam penelitian ini teknik
wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara mendalam artinya peneliti
mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus
permasalahan. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat
terkumpul secara maksimal sedangkan subjek peneliti dengan teknik Purposive
Sampling yaitu pengambilan sampel bertujuan, sehingga memenuhi kepentingan
peneliti. Sedangkan jumlah informan
yang diambil terdiri dari:
1). Kepala Sekolah SMK PGRI
2 Ponorogo
2). Guru Bimbingan dan
Penyuluhan SMK PGRI 2 Ponorogo
3). Guru PAI SMK PGRI 2
Ponorogo
4). Seluruh Imam Kelas SMK
PGRI 2 Ponorogo.
Teknik Observasi, dalam
penelitian kualitatif observasi diklarifikasikan menurut tiga cara. Pertama, pengamat
dapat bertindak sebagai partisipan atau non partisipan. Kedua,
observasi dapat dilakukan secara terus terang atau penyamaran. Ketiga,
observasi yang menyangkut latar penelitian dan dalam penelitian ini digunakan
tehnik observasi yang pertama di mana pengamat bertindak sebagai partisipan.
· Tehnik Dokumentasi,
digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri
dari dokumen dan rekaman.
“Rekaman” sebagai setiap
tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau
organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenihi accounting.
Sedangkan “Dokumen” digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu
tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti: surat-surat,
buku harian, catatan khusus, foto-foto dan sebagainya.
6. Analisa Data
Setelah semua data
terkumpul, maka langka berikutnya adalah pengelolahan dan analisa data. Yang di
maksud dengan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan
kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh dirinya sendiri atau orang lain.
Analisis data dalam kasus
ini menggunakan analisis data kualitatif, maka dalam analisis data selama di
lapangan peneliti menggunakan model spradley, yaitu
tehnik analisa data yang di sesuaikan dengan tahapan dalam penelitian, yaitu:
1.
Pada tahap penjelajahan
dengan tehnik pengumpulan data grand tour question, yakni pertama
dengan memilih situasi sosial (place, actor, activity)
2.
Kemudian setelah memasuki
lapangan, dimulai dengan menetapkan seseorang informan “key informant”
yang merupakan informan yang berwibawa dan dipercaya mampu “membukakan pintu” kepada
peneliti untuk memasuki obyek penelitian. Setelah itu peneliti melakukan
wawancara kepada informan tersebut, dan mencatat hasil wawancara. Setelah itu
perhatian peneliti pada obyek penelitian dan memulai mengajukan pertanyaan
deskriptif, dilanjutkan dengan analisis terhadap hasil wawancara. Berdasarkan
hasil dari analisis wawancara selanjutnya peneliti melakukan analisis domain.
3.
Pada tahap menentukan
fokus (dilakukan dengan observasi terfokus) analisa data dilakukan dengan
analisis taksonomi.
4.
Pada tahap selection
(dilakukan dengan observasi terseleksi) selanjutnya peneliti mengajukan
pertanyaan kontras, yang dilakukan dengan analisis komponensial.
5. Hasil dari analisis komponensial,
melalui analisis tema peneliti menemukan tema-
tema budaya. Berdasarkan temuan tersebut, selanjutnya peneliti
menuliskan laporan penelitian kualitatif.
6. Pengecekan
Keabsahan Temuan
Keabsahan data merupakan
konsep penting yang diperbaruhi dari konsep kesahihan (validitas) dan
keandalan (reliabilitas). Derajat kepercayaan keabsahan data
(kredebilitas) dapat diadakan pengecekkan dengan tehnik pengamatan yang tekun,
dan triangulasi.
Ketekunan pengamatan yang
dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat
relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari.
7. Tahapan-tahapan
Penelitian
Tahapan-tahapan penelitian
ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir penelitian yaitu tahap
penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah
(1) tahap pra lapangan,
yang meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian,
mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan
memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan menyangkut
persoalan etika penelitian;
(2) tahap pekerjaan
lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan persiapan
diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data, (3) tahap
analisis data, yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data; (4)
tahap penulisan hasil laporan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Borba,
Michele. Membangun Kecerdasan Moral; Tujuh Kebajikan Utama Agar Anak Bermoral
Tinggi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Daradjat, Zakiah. Remaja Harapan Dan
Tantangan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995.
Moleong,
Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.
Muhaimin, Wacana
Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004
Suryabrata,
Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.
PROPOSAL
PENELITIAN KUANTITATIF MANAJEMEN PEMASARAN, PENGARUH HARGA TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN
Di
Susun Oleh :
Karman
Travalgar
DAFTAR ISI
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Dalam era globalisasi
ini, jumlah merek dan produk yang bersaing dalam pasar menjadi sangat banyak
sehingga konsumen memiliki ragam pilihan dan alternatif produk dan jasa yang
dapat memenuhi kebutuhannya dan berhak memilih sesuai yang konsumen inginkan.
Dengan adanya persaingan yang terjadi, hal tersebut menuntut para pelaku bisnis
untuk mengeluarkan segala kemampuan yang mereka miliki agar dapat bersaing di
pasar.
Dalam menjalankan
bisnisnya, pelaku usaha selalu dihadapkan pada situasi yang berubah-ubah sesuai
dengan siklus kehidupan perusahaan. Dimana situasi yang berubah-ubah disebabkan
karena sekarang ini banyak usaha-usaha yang sejenis berkembang, sehingga
konsumen memiliki ragam pilihan dan alternatif produk dan jasa yang dapat
memenuhi kebutuhannya dan berhak memilih sesuai yang konsumen inginkan. Dengan
adanya persaingan yang terjadi, hal tersebut menuntut para pelaku bisnis untuk
mengeluarkan segala kemampuan yang mereka miliki agar dapat bersaing di pasar.
Setiap pelaku usaha
dituntut untuk memiliki kepekaan terhadap setiap perubahan yang terjadi agar
dapat memenuhi permintaan konsumen.Untuk memenuhi setiap permintaan-permintaan
yang berbeda, hal tersebut yang menjadi alasan mengapa perusahaan harus
mempelajri dan memahami perilaku konsumen mereka. Antara konsumen yang satu dengan
konsumen yang lain tidak seluruhnya memiliki perilaku yang sama oleh karena itu
diperlukan penanganan yang seoptimal mungkin sehingga konsumen akan merasa puas
dan perusahaan akan tetap bertahan.
Dengan mendapatkan
pemahaman konsumen yang menyeluruh dan mendalam, akan membantu memastikan bahwa
produk yang tepat dipasarkan pada konsumen yang tepat dengan cara yang tepat
(Kotler dan Keller, 2009). Selain dapat memahami perilaku konsumen atau
perusahaannya, perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
faktor eksternal maupun internal sehingga menimbulkan minat beli pembelian bagi
para konsumen sebelum menetapkan keputusan pembelian.
Menurut Kotler
dan Armstrong (2008), keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang
paling disukai dari berbagai alternatif yang ada, tetapi ada beberapa faktor
yang mempengaruhi keputusan pembelian, salah satunya adalah harga.
Harga adalah sejumlah
uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. (Kotler dan Amstrong.
2001). Jika konsumen menganggap bahwa harga lebih tinggi dari nilai produk,
maka konsumen tersebut mungkin tidak akan membeli produk itu kembali. Jika
konsumen menganggap harga berbeda dibawah nilai produk atau sesuai dengan
manfaat, maka konsumen tersebut memungkinkan akan membelinya kembali.
Harga adalah
satu-satunya unsur dalam berbagai unsur bauran pemasaran yang akan mendatangkan
laba bagi perusahaan. Dalam pengertian strategi harga, harga merupakan salah
satu unsur yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan dalam perusahaan yang berfungsi
menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Namun, hal itu seringkali
terbentur pada kebijakan penetapan harga.
Penetapan harga oleh
perusahaan harus disesuaikan dengan situasi lingkungan dan perubahan yang
terjadi terutama pada saat persaingan yang semakin ketat dan perkembangan
permintaan yang terbatas. Dalam iklim persaingan yang ketat seperti sekarang
ini, perusahaan harus memperhatikan faktor harga, karena besar kecilnya harga
yang ditetapkan akan sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam bersaing
dan juga mampu mempengaruhi konsumen untuk membeli produknya. Agar lebih
kompetitif di pasar, perusahaan dapat mempertimbangkan harga pesaing sebagai
pedoman dalam menentukan harga jual produknya.
Salah satu bidang
bisnis yang merasakan ketatnya persaingan saat ini adalah bisnis di bidang
Bakery. Banyaknya Bakery yang hadir di kota Gorontalo membuat persaingan di
bidang bisnis tersebut semakin ketat, karena disebabkan oleh banyaknya ragam
pilihan hidangan dengan variasi bentuk serta rasa, tekstur, harga yang sesuai
dengan kualitas produk yang dihadirkan.
Salah satu Bakery yang
mampu bertahan serta bersaing di pasar hingga saat ini adalah Toko Pia Saronde
yang telah menjadi tempat favorit warga Gorontalo maupun luar kota untuk
membeli beragam jenis pia, roti dan kue serta oleh-oleh khas Gorontalo lainnya.
Toko Pia Saronde ini awal mulanya didirikan berdasarkan atas ide, Bapak
Yunan P.A Harahap Toko Pia Saronde yang bertempat Jl. Sultan Botutihe 29
Kota Gorontalo Depan Gorontalo Mall, menyediakan beragam banyak pilihan, mulai
dari kue pia, roti basah, roti kering, keripik, dan juga berbagai macam jajanan
pasar.
Dengan semakin
berkembangnya bisnis di bidang usaha Bakery di Gorontalo, pihak Toko Pia
Saronde harus berjuang keras dalam mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Hal
tersebut sangat penting karena adanya persaingan yang sangat ketat dari para
pelaku bisnis bakery lainnya, yang masing-masing pelaku bisnis berusaha
menampilkan ciri-ciri produk yang dihasilkan, karakter dan identitas toko, kualitas
dan keunggulan produk mulai dari kelezatan, varian rasa toping roti, variasi
ukuran dan bentuk, ketebalan dan tekstur yang berbeda dari outlet toko lainnya.
Ada beberapa orang yang
mungkin belum mengenal Toko Pia Saronde ini dengan baik, yang memiliki anggapan
bahwa pia, roti, dan jajanan pasar yang dijual tersebut harganya mahal, padahal
anggapan tersebut belum tentu benar adanya karena ragam pilihan pia, roti, dan
jajanan pasar yang tersedia di dalam toko tersebut dijual dengan harga yang
sangat terjangkau namun tetap memperhatikan jaminan kualitas produknya yang
terbaik, serta yang terutama adalah memberikan pelayanan yang terbaik kepada
setiap konsumen yang datang langsung ke toko untuk membeli produk, maupun
konsumen yang memesan lewat telepon.
Pihak manajemen
perusahaan harus melakukan sebuah perubahan dengan menghadirkan inovasi baru
yang lebih segar lagi agar dapat memenuhi keinginan dan harapan konsumen, yang
pada akhirnya akan member rasa percaya konsumen untuk melakukan pembelian
kembali terhadap produk toko pi saronde serta merekomendasikan kepada pihak
lain secara orang perorangan.
Berdasarkan latar
belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul. ‘‘Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian DI Toko Pia
Saronde’’
1.2 IDENTIFIKASI
MASALAH
· Konsumen
semakin banyak memiliki alternative untuk membandingkan sebelum melakukan
pembelian
· Konsumen
beranggapan harga yang diberikan sangat mahal
· Pihak
manajemen perusahaan harus melakukan sebuah perubahan dengan menghadirkan
inovasi baru
· Harga
yang ditetapkan harus sesuai dengan mutu produk
· Produsen
harus memperhaatikan konsumen dan pesaingnya dalam menetapkan harga
· Produsen
harus mempelajri dan memahami perilaku konsumen mereka.
1.3 RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
permasalahan tersebut maka penulis membuat rumusan masalah dala penelitian ini
sebagai berikut “ Apakah terdapat pengaruh harga terhadap keoutusan
pembeliah Pia Saronde ”
.
1.4 TUJUAN
PENELITIAN
Yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah “ Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan
pembeliah Pia Saronde ”
1.5 MANFAAT
PENELITIAN
Adapun manfaat yang
dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat
teoritis.
a. Bagi
peneliti.
Penelitian ini
bermanfaat untuk memperdalam dan mengaplikasikan teori pemasaran yang sudah
diperoleh, terutama mengenai kemasan, harga dan promosi. Selain itu sebagai
sarana dalam meningkatkan kompetensi dan mengembangkan wawasan keilmuan dalam
membuat sebuah produk makanan ringaan harus mengerti yang dibutuhkan oleh
konsumen.
b. Bagi
pembaca.
Bagi pembaca diharapkan
penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan mengenai ilmu-ilmu pemasaran
khususnya kemasan, harga, promosi dan proses keputusan pembelian.
2. Manfaat
praktis
a. Bagi
usaha kecil menegah.
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak UKM sebagai pertimbangan dalam
membuat sebuah produk makanan ringan/cemilan harus memperhatikan harga yang
akan memepngaruhi proses keputusan pembelian konsumen.
b. Bagi
konsumen
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada konsumen agar lebih mengenalkan
produk makann ringan/cemilan UKM Gorontalo yang selalu menerapkan harga yang
tepat mengena langsung pada konsumen.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 PERILAKU
KONSUMEN
2.1.1 Pengetian
Perilaku Konsumen
Menurut Engel,
Blackwell dan Miniard, 1993 dalam Ujang Sumarwan Perilaku konsumen adalah
tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi,
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan
yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut.
Menurut Kotler (2005)
perilaku konsumen itu sendiri dipengaruhi oleh beberpa faktor antara lain :
1. Faktor
Kebudayaan
Kebudayaan merupakan
penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar untuk mendapatkan nilai,
persepsi, preferensi dan perilaku dari lembaga-lembaga penting lainnya. Faktor
kebudayaan memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada tingkah laku
konsumen. Pemasar harus mengetahui peran yang dimainkan oleh:
a. Budaya
Budaya adalah
keseluruhan yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum,
moral, kebiasaan, dan setiap kemampuan dan kebiasaan yang di peroleh oleh
setiap orang sebagai anggota masyarakat termasuk dalam budaya ini adalah
pergeseran budaya serta nilai nilai dalam keluarga.
b. Subbudaya
Sub budaya adalah
sekelompok orang dengan sistem nilai terpisah berdasarkan pengalaman dan
situasi kehidupan yang umum. Sub budaya termasuk nasionalitas, agama, kelompok
ras, dan wilayah geografis.
c. Kelas
Sosial
Kelas sosial adalah
kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang
tersusun secara hierarki dan yang keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan
perilaku yang serupa.
2. Faktor-Faktor
social
Kelas sosial merupakan
Pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara
hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan perilaku yang
serupa. Kelas sosial ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan,
tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan
dan variabel lain. Dalam beberapa sistem sosial, anggota dari kelas yang
berbeda memelihara peran tertentu dan tidak dapat mengubah posisi sosial
mereka. Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial,
yaitu:
a. Kelompok
Referensi
Kelompok adalah dua
orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau
bersama. Beberapa merupakan kelompok primer yang mempunyai interaksi reguler
tapi informal-seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan sekerja. Beberapa
merupakan kelompok sekunder, yang mempunyai interaksi lebih formal dan kurang
reguler. Ini mencakup organisasi seperti kelompok keagamaan, asosiasi
profesional dan serikat pekerja.
b. Keluarga
Keluarga adalah
organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan telah
diteliti secara mendalam, pemasar tertarik dalam peran dan pengaruh suami,
istri dan anak-anak pada pembelian berbagai produk dan jasa.
c. Peran
dan Status
Peran terdiri dari
aktivitas yang diharapkan dilakukan seseorang menurut orang-orang yang ada
disekitarnya. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang
diberikan oleh masyarakat. Orang seringkali memilih produk yang menunjukkan
statusnya dalam masyarakat.
3. Faktor
Pribadi
Faktor pribadi
didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan
orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama
terhadap lingkungan.
Keputusan membeli juga
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu:
a. Umur
dan tahapan dalam siklus hidup
Orang mengubah barang
dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian,
perabot dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk
oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga
sesuai dengan kedewasaannya. Pemasar seringkali menentukan sasaran pasar dalam
bentuk tahap daur hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta rencana
pemasaran untuk setiap tahap.
b. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang
mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pemasar berusaha mengenali
kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata akan produk dan jasa
mereka. Sebuah perusahaan bahkan dapat melakukan spesialisasi dalam memasarkan
produk menurut kelompok pekerjaan tertentu.
c. Situasi
ekonomi
Situasi ekonomi
sekarang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang peka terhadap
pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan
tingkat minat. Bila indikator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat
mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, memposisikan kembali dan
mengubah harga produknya.
d. Gaya
hidup
Pola kehidupan
seseorang yang diwujudkan dalam aktivitas (pekerjaan, hobi, berbelanja,
olahraga, kegiatan sosial), minat (makanan, mode, keluarga, rekreasi) dan opini
yang lebih dari sekedar kelas sosial dan kepribadian seseorang, gaya hidup
menampilkan pola bereaksi dan berinteraksi seseorang secara keseluruhan di
dunia.
e. Kepribadian
dan Konsep Diri
Kepribadian setiap
orang jelas mempengaruhi tingkah laku membelinya. Kepribadian mengacu pada
karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respons yang relatif konsisten
dan bertahan lama terhadap lingkungan dirinya sendiri. Kepribadian biasanya
diuraikan dalam arti sifat-sifat seperti rasa percaya diri, dominasi, kemudahan
bergaul, otonomi, mempertahankan diri, kemampuan menyesuaikan diri, dan
keagresifan. Kepribadian dapat bermanfaat untuk menganalisis tingkah laku
konsumen untuk pemilihan produk atau merek tertentu.
4. Faktor
Psikologis
Faktor psikologis
sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal dan hidup pada waktu
sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya pada waktu
yang akan dating Pilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi
oleh faktor psikologi yang penting:
a. Motivasi
Para peneliti motivasi
mengumpulkan informasi mendalam dari sekelompok kecil sampel konsumen untuk
mengetahui motif yang lebih dalam untuk pilihan-pilihan produk mereka. Mereka
menggunakan wawancara mendalam tanpa arahan dan berbagai macam “teknik
proyektif” untuk menanggalkan penjagaan ego yaitu teknik-teknik seperti
asosiasi kata, penyelesaian kalimat, interpretasi gambar dan bermain peran.
Para peneliti motivasi telah mendapatkan kesimpulan-kesimpulan yang menarik dan
kadang-kadang aneh tentang apakah yang ada dibenak konsumen sehubungan dengan
pembelian tertentu. Meskipun kadang-kadang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan
aneh, riset motivasi tetap bermanfaat sebagai alat bagi para pemasar untuk memahami
perilaku konsumen secara lebih dalam.
b. Persepsi
adalah proses yang
dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan dan mengintepretasikan informasi
guna membentuk gambaran yang berarti mengenai dunia. Seseorang yang termotivasi
siap untuk bertindak. Bagaimana orang tersebut bertindak dipengaruhi oleh
persepsinya mengenai situasi.
c. Pengetahuan
Pembelajaran
menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari
pengalaman. Pentingnya praktik dari teori pengetahuan bagi pemasar adalah
mereka dapat membentuk permintaan akan suatu produk dengan menghubungkannya
dengan dorongan yang kuat, menggunakan petunjuk yang membangkitkan motivasi,
dan memberikan peranan positif.
d. Keyakinan
dan sikap
Melalui tindakan dan
pembelajaran, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya ini, pada
waktunya mempengaruhi tingkah laku membeli. Keyakinan adalah pemikiran
deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Keyakinan didasarkan pada
pengetahuan yang sebenarnya, pendapat atau kepercayaan dan mungkin menaikkan
emosi atau mungkin tidak.
Pemasaran tertarik pada
keyakinan bahwa orang yang merumuskan mengenai produk dan jasa spesifik, karena
keyakinan ini menyusun citra produk dan merek yang mempengaruhi tingkah laku
membeli yang mempengaruhi tingkah laku membeli. Bila ada sebagian keyakinan
yang salah dan menghalangi pembelian, pemasar pasti ingin meluncurkan usaha
untuk mengkoreksinya.
Sikap menguraikan
evaluasi, perasaan dan kecenderungan dari seseorang terhadap suatu obyek atau
ide yang relatif konsisten. Sikap menempatkan orang dalam suatu kerangka
pemikiran mengenai menyukai atau tidak menyukai sesuatu mengenai mendekati atau
menjauhinya.
Menurut Kotler (2005) :
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu.
Keyakinan ini mungkin didasarkan pada pengetahuan sebenarnya, pendapat atau
kepercayaan dan mungkin menaikkan emosi dan mungkin tidak.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 TEMPAT
DAN WAKTU PENELITIAN
Tempat yang akan
menjadi objek penelitian ini adalah Pia Saronde Khas Gorontalo dan penelitian
ini berlangsung selama 1 bulan
3.2 DESAIN
PENELITIAN
Penelitian ini
menggunakan jennies penelitian deskriptif dengan model penelitian kuantitatif
serta dilakukan uji statistik dengan menggunakan analisis regresi sederhana
untuk melihat apakah terdapat pengaruh harga terhadap proses keputusan
pembelian pia saronde khas Gorontalo.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Iful dan Satrio. 2015. Pengaruh Harga
Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Ilmu dan
Riset Manajemen, | Volume 4 No 12
Budiyono & Bernard, N.M. 2004. Studi Mengenai
Pengembangan Strategi Produk. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, |
Volume 3 No 2
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi .Multivariate
Dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.
Kotler, Philip Dan Amstrong. 2008. Prinsip-Prinsip
Pemasaran. Edisi Ke 12. Jilid Ii. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip, 2007. Manajemmen
Pemasaran. Edisi Keduabelas (Edisi Indonesia), Jilid 1, Alih Bahasa
Benyamin Molan. Jakarta: Indeks
M. Mursidi. 2006. Manajemen Pemasaran. Jakarta
: Bumi Aksara
Muchammad Chusnul Akrom. 2013. Pengaruh Kemasan,
Harga Dan Promosi Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Kripik Paru Umkm
Sukorejo Kendal. Skripsi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang.
Sembiring A. Dessy. 2014 Pengaruh Iklan Dan
Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Yamaha Mio (Studi Pada Pt. Yamaha
Mataram Sakti Di Kota Semarang) Jurnal Manajemen Pemasaran Vol.
3 No. 1
Seland A.D. Christian. 2013 Bauran Pemasaran (Marketing
Mix) Pengaruhnya Terhadap Loyalitas Konsumen Pada Fresh Mart Bahu Mall
Manado. Jurnal EMBA | Volume.1 Nomor 3
Sugiyono. 2007. Statistik Nonparametris Untuk
Penelitian. Bandung :
.
2008. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Supranto, J. dan Nandan L. 2007. Perilaku
Konsumen dan Strategi Pemasaran untuk Memenangkan Persaingan Bisnis. Jakarta:
Mitra wacana media.
Suroso H. Bayu Dan Iriani S. Sri. 2014
Pengaruh Inovasi Produk Dan Harga Terhadap Minat Beli Mie Sedaap Cup. Jurnal
Ilmu Manajemen | Volume 2 No. 4
Swastha, Basu. 2000. Azas-azas Marketing.
Liberty. Yogyakarta.
Winny Gayatri. 2013. Penentuan Harga Jual
Produk Dengan Metode Cost Plus Pricing Pada Pt.Pertani
(Persero) Cabang Sulawesi Utara Jurnal Emba | Volume.1
No.4
Yohana F. Cahya Palupi Meilani. 2012. Faktor
Yang Mempengaruhi Minat Beli Produk Makanan Dan Minuman Usaha Kecil Menengah
Kabupaten Tangerang. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, | Volume 14,
No. 2.
http://economy.okezone.com/read/2011/07/27/320/484884/ukm-jangan-ditarik-pajak (diakses
20-01-2017)
http://www.jam-statistic.id/2014/05/pendugaan-interval-1.html (diakses
20-01-2017)
http://piasaronde.com/tentang-kami (diakses
20-01-2017)
3.Apakah tugas kelompok anda termasuk proposal
kualitatif atau kuantitatif?
Tugas besar kami termasuk proposal penelitian kualititatif
karena mengutamakan penggunaan kuisioner
Tidak ada komentar:
Posting Komentar