Minggu, 17 November 2019

TUGAS 4


UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
                              MENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA



Di Susun Oleh :
M.Ridho.s










PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) STUDY KASUS SMK PGRI 2 PONOROGO
TAHUN AJARAN 2013






DAFTAR ISI









BAB I

PENDAHULUAN



I.       LATAR BELAKANG MASALAH

Istilah pubertas maupun adolescensia sering di maknai dengan masa remaja, yakni masa perkembangan sifat tergantung (dependence) terhadap orang tua kearah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Sedangkan menurut Harold Alberty (1967:86), remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni berlangsung 11-13 tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran seseorang.

Sejauh mana remaja dapat mengamalkan nilai-nilai yang di anutnya dan yang telah dicontohkan kepada mereka? Salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukukan remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya lalu menyesuaikan tingkah lakunya dengan harapan sosial tanpa bimbingan, pengawasan, motivasi, dan ancaman sebagaimana sewaktu kecil. Dia juga di tuntut mampu mengendalikan tingkah lakunya karena dia bukan lagi tanggung jawab orang tua atau guru.

Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan Kohlberg pada tahun 1958, sekaligus menjadi disertasi doktornya dengan judul The Developmental of model of moral Think and choice in the years 10 to 16. menyebutkan bahwa tahap-tahap perkembangan moral pada individu dapat di bagi sebagai berikut:

1.      Tingkat Prakonvensional
Pada tingkat ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Akan tetapi, hal ini semata-mata ditafsirkan dari segi sebab akibat fisik atau kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan, pertukaran dan kebaikan).

2.      Tingkat Konvensional      
Pada tingkat ini, anak hanya menurut harapan keluarga, kelompok atau bangsa. Ia memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya sendiri, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata.

3.      Tingkat Pasca-konvensional 
Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang dimiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan terlepas pula dari identifikasi individu sendiri  dengan kelompok tersebut.

Piaget menyebutkan bahwa masa remaja sudah mencapai tahap pelaksanan formal dalam kemampuan kognitif. Dia mampu mempertimbangkan segala kemungkinan untuk mengatasi suatu masalah dari beberapa sudut pandang dan berani mempertanggung jawabkan.
Sehingga kohlberg juga berpendapat bahwa perkembangan moral ketiga, moralitas pasca-konvensional harus di capai selama masa remaja. Sejumlah prinsip di terimanya melalui dua tahap; pertama menyakini bahwa dalam keyakinan moral harus ada fleksibilitas sehingga memungkinkan dilakukan perbaikan dan perubahan standar moral bila menguntungkan semua anggota kelompok; kedua menyesuaikan diri dengan standar sosial dan ideal untuk menjahui hukuman sosial terhadap dirinya sendiri, sehingga perkembangan moralnya tidak lagi atas dasar keinginan pribadi, tatapi mernghormati orang lain.
Akan tetapi pada kenyataan banyak di temukan remaja yang belum bisa mencapai tahap pasca-konvensional, dan juga pernah di temukan remaja yang baru mencapai tahap prakonvensional.

Fenomena tersebut banyak di jumpai pada remaja yang pada umumnya mereka masih duduk di bangku SMA/SMK, seperti:
1.    Berperangi tidak terpuji, meremehkan peraturan dan disiplin sekolah
2.    Suka berhura-hura dan bergerombol.
3.      Mentaati  peraturan sekolah, karena takut pada hukuman.
4. Dan tidak jarang kita mendengar perkelahian terjadi antar remaja yang tidak jelas sebabnya. Bahkan perkelahian dapat meningkat menjadi permusuhan kelompok, yang menimbulkan korban pada kedua belah pihak. Bila ditanyakan kepada mereka, apa yang menyebabkan mereka berbuat kekerasan sesama remaja, dan apa masalahnya sehingga peristiwa yang memalukan tersebut terjadi, banyak yang menjawab bahwa mereka tidak sadar mengapa mereka secepat itu menjadi marah dan ikut berkelahi.

Fenomena di atas menggambarkan bahwa upaya remaja untuk mencapai moralitas dewasa; mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum, merumuskan konsep yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai pedoman tingkah laku, dan mengendalikan tingkah laku sendiri, merupakan upaya yang tidak mudah bagi mayoritas remaja.
Menurut Rice (1999), masa remaja adalah masa peralihan, ketika individu yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah, pertama hal yang bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan lingkungan. Pada saat ini, masyarakat dunia sedang mengalami banyak perubahan begitu cepat yang membawa berabagai dampak, baik positif maupun negatif  bagi remaja. Dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja yang membuat relatif lebih bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and stress period).

Agar remaja yang sedang mengalami perubahan cepat dalam tubuhnya itu mampu menyesuaikan diri dengan keadaan perubahan tersebut, maka berbagai usaha baik dari pihak orang tua, guru maupun orang dewasa lainnya, amat diperlukan.
Salah satu peran guru adalah sebagai pembimbing dalam tugasnya yaitu mendidik, guru harus membantu murid-muridnya agar mencapai kedewasaan secara optimal. Artinya kedewasaan yang sempurna (sesuai dengan kodrat yang di punyai murid) Dalam peranan ini guru harus memperhatikan aspek-aspek pribadi setiap murid antara lain kematangan, kebutuhan, kemampuan, kecakapannya dan sebagainya agar mereka (murid) dapat mencapai tingkat perkembangan dan kedewasaan yang optimal.

Untuk itu di samping orang tua  guru di sekolah juga mempunyai peranan penting dalam membantu remaja untuk mengatasi kesulitanya, keterbukaan hati guru  dalam membantu kesulitan remaja, akan menjadikan remaja sadar akan sikap dan tingkah lakunya yang kurang baik. Usaha yang terpenting guru adalah memberikan peranan pada akal dalam memahami dan menerima kebenaran agama termasuk mencoba memahami hikmah dan fungsi ajaran agama. Guru  agama yang bijaksana dan mengerti perkembangan perasaan remaja yang tidak menentu,  dapat menggugahnya kepada petunjuk agama tentang pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang sedang memasuki masa baligh (puber). Salah satu ketentuan, misalnya dengan memberikan pengertian tentang berbagai ibadah yang dulu telah dilakukan remaja, seperti sholat, puasa dan sebagainya, sekarang diberikan hikmah dan makna psikologis bagi ibadahya tersebut, misalnya makna sholat bagi kesehatan mentalnya. Ia dapat mengungkapkan perasaan yang galau kepada Allah dan ia dapat berdo’a memohon ampun atas kekeliuannya, ia boleh minta dan mengajukan berbagai harapan dan keinginan kepada Allah yang Maha Mengerti dan Maha Penyayang kepada hamban-Nya.

Dengan pemahaman baru tentang makna dan hikmah ajaran agama bagi kesehatan mental, dan kepentingan hidup pada umumnya, remaja akan mampu mengatasi kesulitannya, dan mampu mengendalikan diri. Dengan kemampuan pengendalian diri (self control) yang baik, remaja di harapkan mampu mengendalikan dan menahan tingkah laku yang bersifat menyakiti dan merugikan orang lain atau mampu mengendalikan serta menahan tingkah laku yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang berlaku. Remaja juga di harapkan dapat mengantisipasi akibat-akibat negatif yang di timbulkan pada masa stroom and stress period.

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 10 dan 13:[14]
(ingatlah) tatkala Para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini).
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.

Berangkat dari kerangka di atas maka peneliti mengambil judul: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN SELF CONTROL REMAJA (Study Kasus di SMK PGRI 2 Ponorogo).

II.      FOKUS PENELITIAN

Penelitian ini difokuskan pada Upaya Guru PAI dalam meningkatkan Self Control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo yang meliputi tujuan, kegiatan agama dan keagamaan  yang dilakukan dalam meningkatkan self control hasil yang di capai, serta faktor pendukung dan penghambat.

III.    RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah Pembelajaran Guru PAI di  SMK PGRI 2 Ponorogo?
2.    Bagaimanakah Upaya-upaya Guru PAI dalam meningkatkan  Self Control siswa di  SMK PGRI 2 Ponorogo?
3. Hasil apa yang di capai dalam meningkatkan self control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo?
4.  Apa faktor pendukung dan penghambat terhadap Peningkatan Self Control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo?

IV.   TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka Tujuan Penelitian yang ingin di capai adalah:
1.  Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan pembelajaran Guru PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo.
2.    Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan upaya-upaya Guru PAI dalam meningkatkan  self control siswa di  SMK PGRI 2 Ponorogo.
3.    Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan hasil yang di capai dalam meningkatkan self control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo.
4.   Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan faktor pendukung dan penghambat terhadap peningkatan self control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo.

V.     MANFAAT PENELITIAN

1.      Teoritis
Penelitian ini di harapkan dapat menunjukkan bahwa pendidikan agama dan keagamaan yang di lakukan oleh Guru PAI di SMK PGRI 2 Ponorogo dapat membentuk self control siswa.
2.      Praktis
Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan dalam menentukan kebijakan lebih lanjut bagi SMK PGRI 2 Ponorogo mengenai peranan Guru PAI dalam membantu siswa siswa membentuk self control yang baik.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA



1. LANDASAN TEORI DAN/ ATAU TELAAH PUSTAKA

Untuk memperkuat masalah yang akan di teliti maka penulis mengadakan tela’ah pustaka dengan cara mencari dan menemukan teori-teori yang akan di jadikan landasan penelitian, yaitu:
·           Self Control (kontrol diri) adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif 

·           Averill (dalam, Herlina Siwi, 2000) Menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol personal, yang terdiri dari tiga jenis kontrol, yaitu:

1. Behavior Control (kontrol perilaku), yang terdiri dari dua komponen, yaitu kemampuan mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability) 

2. Cognitive control (kontrol kognitif), yang terdiri dari dua komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan melakukan penilaian (appraisal). 

3.   Decisional Control merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya, kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.
·           Untuk mengukur kontrol diri digunakan aspek-aspek sebagai berikut:[17]
a.     Kemampuan mengontrol perilaku
b.     Kemampuan mengontrol stimulus
c.      Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian
d.     Kemampuan menafsirkan peristiwa atau kejadian.
e.     Kemampuan mengambil keputusan. 
·           Pendidikan agama Islam hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak, sehingga agama Islam itu, benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali (controling) dalam hidupnya di kemudian hari. Untuk tujuan pembinaan pribadi itu, maka pendidikan agama hendaknya diberikan oleh guru yang benar-benar tercermin agama itu dalam sikap, tingkah laku, gerak-gerik, cara berpakaian, cara berbicara, cara menghadapi persoalan dan dalam keseluruhan pribadinya. Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa Pendidikan Agama akan sukses, apabila ajaran agama itu hidup dan tercermin dalam pribadi guru.

Tiga langkah orang dewasa dalam membangun kontrol diri pada anak, yaitu:

1.  langkah pertama adalah memperbaiki perilaku anda, sehingga dapat memberi contoh control diri yang baik bagi anak dan menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan prioritas.

2. langkah kedua adalah membantu anak menumbuhkan sistem regulasi internal sehingga dapat menjadi motivator bagi diri mereka sendiri.

3.     langkah ketiga mengajarkan cara membantu anak menggunakan kontrol diri ketika menghadapi godaan dan stres, mengajarkan untuk berfikir sebelum bertindak sehingga mereka akan memilih sesuatu yang aman dan baik.

Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini terkait dengan tela’ah pustaka terdahulu yang berusaha mengupas pembahasan tentang:

1.   Mukh. Nur Sikin, tahun 2002, yang berjudul: Upaya Guru PAI dalam meningkatkan nilai-nilai Islam di SMU Negeri 5 Yogyakart.  Menghasilkan temuan tentang nilai-nilai agama Islam di Sekolah, meliputi sholat dhuha, sholat jama’ah dan membaca Al-qur’an melalui kegiatan ekstra kulikuler keagamaan.
   
2.      Sriyati, tahun 2004, yang berjudul: Upaya Guru PAI dalam pembinaan Akhlak Siswa di SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Menghasilkan temuan tentang pentingnya peranan guru PAI di SMK dalam menangani perilaku jelek siswa melalui pembelajaran PAI.

3.  Dewi Ima Maghfiroh 2004, yang berjudul: Pengaruh Pembelajaran PAI terhadap ketaatan beribadah siswi tingkat III di SMKN 2 Ponorogo, menghasilkan temuan tentang:

1)     Pembelajaran PAI di SMK Negeri 2 Ponorogo pada kategori sedang
2)  Ketaatan beribadah siswi tingkat III di SMK Negeri 2 Ponorogo pada kategori sedang.
3)   Ada pengaruh yang signifikan anatara pembelajaran PAI dengan ketaatan beribadah siswi tingkat III SMK Negeri 2 Ponorogo. Karena pembelajaran PAI selain berdasakan kurikulum yang di tetapkan juga berdasarkan kegiatan-kegiatan keagamaan yang bersifat non kurikulum.

4.    M. Nur Ghufron, tahun 2003, yang berjudul: Hubungan Kontrol diri, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orang tua dengan prokrastinasi akademik. Menghasilkan temuan tentang:

1)    Ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik.
2)    Ada hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplinotoriter orang tua dengan prokrastinasi akademik
3) Ada hubungan negatif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokrasi orang tua dengan prokrastinasi akademik.
4)   Ada hubungan positif antara persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orang tua dengan prokrastinasi akademik.
Berdasarkan judul skripsi yang mereka angkat, maka penulis akan mengadakan penelitian, sehingga sampai saat ini gagasan penelitian muncul dan belum ditemukan penelitian yang membahas tentang: Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan self control siswa di SMK PGRI 2 Ponorogo, hal ini sebagai bentuk betapa urgennya self control bagi anak SMK.





BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

  

1.    Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan Metodologi dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data lansung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial.
Ada 6 (enam) macam metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu: etnografis, studi kasus, grounded theory, interaktif, partisipatories, dan penelitian tindakan kelas.
Dalam hal ini penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus (case study), yaitu: suatu penelitian yang dilakukan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.

2.      Kehadiran Peneliti

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.Untuk itu, dalam hal ini peneliti adalah sebagai instrumen kunci, partisipasi penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain adalah sebagai penunjang.

3.      Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMK PGRI 2 Ponorogo karena di dasarkan pada beberapa pertimbangan:
SMK adalah Sekolah Menengah Kejuruan yang memiliki konotasi keagamaan yang tidak begitu baik menurut pandangan masyarakat. Ternyata memiliki suatu kegiatan keagamaan yang begitu unik, sehingga Guru Pendidikan Agama Islam di SMK sangat berperan dalam memantau penyimpangan perilaku para siswa. Adanya Imam-Imam setiap Kelas yang bertujuan untuk mendisplinkan berjalannya kegiatan sholat jama’ah Dluhur  dan kursus membaca Al-Qur’an. Keberhasilan pendidikan agama Islam tidak hanya dilihat dari keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas dan keaktifan mengikuti ekstra keagamaan, tapi harus dilihat juga dari meningkatnya pengendalian diri pada siswa dalam kehidupan sehari-hari.

4.      Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan, seperti dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tidakan sebagai sumber utama, sedangkan sumber data tertulis, foto dan catatan tertulis adalah sumber data tambahan.

5.      Prosedur Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat di mengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan observasi pada latar, dimana fenomena tersebut berlansung dan di samping itu untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).
·         Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud digunakannya wawancara anatara lain adalah
(a) mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain,
(b) mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan demikian yang dialami masa lalu.
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan. Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat terkumpul secara maksimal sedangkan subjek peneliti dengan teknik Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel bertujuan, sehingga memenuhi kepentingan peneliti. Sedangkan jumlah informan yang diambil terdiri dari:
1). Kepala Sekolah SMK PGRI 2 Ponorogo
2). Guru Bimbingan dan Penyuluhan SMK PGRI 2 Ponorogo
3). Guru PAI SMK PGRI 2 Ponorogo
4). Seluruh Imam Kelas SMK PGRI 2 Ponorogo.
  
Teknik Observasi, dalam penelitian kualitatif observasi diklarifikasikan menurut tiga cara.  Pertama, pengamat dapat bertindak sebagai partisipan atau non partisipan. Kedua, observasi dapat dilakukan secara terus terang atau penyamaran. Ketiga, observasi yang menyangkut latar penelitian dan dalam penelitian ini digunakan tehnik observasi yang pertama di mana pengamat bertindak sebagai partisipan.

·         Tehnik Dokumentasi, digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman.
“Rekaman” sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenihi accounting. Sedangkan “Dokumen” digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti: surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto dan sebagainya.

6.      Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka langka berikutnya adalah pengelolahan dan analisa data. Yang di maksud dengan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh dirinya sendiri atau orang lain.
Analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, maka dalam analisis data selama di lapangan peneliti  menggunakan model spradley, yaitu tehnik analisa data yang di sesuaikan dengan tahapan dalam penelitian, yaitu:

1.                              Pada tahap penjelajahan dengan tehnik pengumpulan data grand tour question, yakni pertama dengan memilih situasi sosial (place, actor, activity)

2.                              Kemudian setelah memasuki lapangan, dimulai dengan menetapkan seseorang informan “key informant” yang merupakan informan yang berwibawa dan dipercaya mampu “membukakan pintu” kepada peneliti untuk memasuki obyek penelitian. Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada informan tersebut, dan mencatat hasil wawancara. Setelah itu perhatian peneliti pada obyek penelitian dan memulai mengajukan pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis terhadap hasil wawancara. Berdasarkan hasil dari analisis wawancara selanjutnya peneliti melakukan analisis domain.


3.                              Pada tahap menentukan fokus (dilakukan dengan observasi terfokus) analisa data dilakukan dengan analisis taksonomi.

4.                              Pada tahap selection (dilakukan dengan observasi terseleksi) selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan kontras, yang dilakukan dengan analisis komponensial.


5. Hasil dari analisis komponensial, melalui analisis tema peneliti menemukan tema-
            tema budaya. Berdasarkan temuan tersebut, selanjutnya peneliti menuliskan laporan penelitian kualitatif. 

6.      Pengecekan Keabsahan Temuan
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaruhi dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Derajat kepercayaan keabsahan data (kredebilitas) dapat diadakan pengecekkan dengan tehnik pengamatan yang tekun, dan triangulasi.
Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari.

7.      Tahapan-tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah
(1) tahap pra lapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan menyangkut persoalan etika penelitian;
(2) tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian  dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data, (3) tahap analisis data, yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data; (4) tahap penulisan hasil laporan penelitian.



DAFTAR PUSTAKA


  


Borba, Michele. Membangun Kecerdasan Moral; Tujuh Kebajikan Utama Agar Anak Bermoral Tinggi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Daradjat, Zakiah. Remaja Harapan Dan Tantangan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995.

Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.







KartonoKartini.  dalam Kamus Lengka PsIkologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999.


Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004


Suryabrata, Sumadi. Metodologi PenelitianJakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.














PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF MANAJEMEN PEMASARAN, PENGARUH HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN





Di Susun Oleh :
Karman Travalgar
















DAFTAR ISI








BAB I
PENDAHULUAN
1.1      LATAR BELAKANG

Dalam era globalisasi ini, jumlah merek dan produk yang bersaing dalam pasar menjadi sangat banyak sehingga konsumen memiliki ragam pilihan dan alternatif produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya dan berhak memilih sesuai yang konsumen inginkan. Dengan adanya persaingan yang terjadi, hal tersebut menuntut para pelaku bisnis untuk mengeluarkan segala kemampuan yang mereka miliki agar dapat bersaing di pasar.

Dalam menjalankan bisnisnya, pelaku usaha selalu dihadapkan pada situasi yang berubah-ubah sesuai dengan siklus kehidupan perusahaan. Dimana situasi yang berubah-ubah disebabkan karena sekarang ini banyak usaha-usaha yang sejenis berkembang, sehingga konsumen memiliki ragam pilihan dan alternatif produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya dan berhak memilih sesuai yang konsumen inginkan. Dengan adanya persaingan yang terjadi, hal tersebut menuntut para pelaku bisnis untuk mengeluarkan segala kemampuan yang mereka miliki agar dapat bersaing di pasar.

Setiap pelaku usaha dituntut untuk memiliki kepekaan terhadap setiap perubahan yang terjadi agar dapat memenuhi permintaan konsumen.Untuk memenuhi setiap permintaan-permintaan yang berbeda, hal  tersebut yang menjadi alasan mengapa perusahaan harus mempelajri dan memahami perilaku konsumen mereka. Antara konsumen yang satu dengan konsumen yang lain tidak seluruhnya memiliki perilaku yang sama oleh karena itu diperlukan penanganan yang seoptimal mungkin sehingga konsumen akan merasa puas dan perusahaan akan tetap bertahan.

Dengan mendapatkan pemahaman konsumen yang menyeluruh dan mendalam, akan membantu memastikan bahwa produk yang tepat dipasarkan pada konsumen yang tepat dengan cara yang tepat (Kotler dan Keller, 2009). Selain dapat memahami perilaku konsumen atau perusahaannya, perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor eksternal maupun internal sehingga menimbulkan minat beli pembelian bagi para konsumen sebelum menetapkan keputusan pembelian.
 Menurut Kotler dan Armstrong (2008), keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai dari berbagai alternatif yang ada, tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, salah satunya adalah harga.

Harga adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. (Kotler dan Amstrong. 2001). Jika konsumen menganggap bahwa harga lebih tinggi dari nilai produk, maka konsumen tersebut mungkin tidak akan membeli produk itu kembali. Jika konsumen menganggap harga berbeda dibawah nilai produk atau sesuai dengan manfaat, maka konsumen tersebut memungkinkan akan membelinya kembali.

Harga adalah satu-satunya unsur dalam berbagai unsur bauran pemasaran yang akan mendatangkan laba bagi perusahaan. Dalam pengertian strategi harga, harga merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan dalam perusahaan yang berfungsi menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Namun, hal itu seringkali terbentur pada kebijakan penetapan harga.
Penetapan harga oleh perusahaan harus disesuaikan dengan situasi lingkungan dan perubahan yang terjadi terutama pada saat persaingan yang semakin ketat dan perkembangan permintaan yang terbatas. Dalam iklim persaingan yang ketat seperti sekarang ini, perusahaan harus memperhatikan faktor harga, karena besar kecilnya harga yang ditetapkan akan sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam bersaing dan juga mampu mempengaruhi konsumen untuk membeli produknya. Agar lebih kompetitif di pasar, perusahaan dapat mempertimbangkan harga pesaing sebagai pedoman dalam menentukan harga jual produknya.

Salah satu bidang bisnis yang merasakan ketatnya persaingan saat ini adalah bisnis di bidang Bakery. Banyaknya Bakery yang hadir di kota Gorontalo membuat persaingan di bidang bisnis tersebut semakin ketat, karena disebabkan oleh banyaknya ragam pilihan hidangan dengan variasi bentuk serta rasa, tekstur, harga yang sesuai dengan kualitas produk yang dihadirkan.

Salah satu Bakery yang mampu bertahan serta bersaing di pasar hingga saat ini adalah Toko Pia Saronde yang telah menjadi tempat favorit warga Gorontalo maupun luar kota untuk membeli beragam jenis pia, roti dan kue serta oleh-oleh khas Gorontalo lainnya. Toko Pia Saronde ini awal mulanya didirikan berdasarkan atas ide, Bapak  Yunan P.A Harahap  Toko Pia Saronde yang bertempat Jl. Sultan Botutihe 29 Kota Gorontalo Depan Gorontalo Mall, menyediakan beragam banyak pilihan, mulai dari kue pia, roti basah, roti kering, keripik, dan juga berbagai macam jajanan pasar.

Dengan semakin berkembangnya bisnis di bidang usaha Bakery di Gorontalo, pihak Toko Pia Saronde harus berjuang keras dalam mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Hal tersebut sangat penting karena adanya persaingan yang sangat ketat dari para pelaku bisnis bakery lainnya, yang masing-masing pelaku bisnis berusaha menampilkan ciri-ciri produk yang dihasilkan, karakter dan identitas toko, kualitas dan keunggulan produk mulai dari kelezatan, varian rasa toping roti, variasi ukuran dan bentuk, ketebalan dan tekstur yang berbeda dari outlet toko lainnya.

Ada beberapa orang yang mungkin belum mengenal Toko Pia Saronde ini dengan baik, yang memiliki anggapan bahwa pia, roti, dan jajanan pasar yang dijual tersebut harganya mahal, padahal anggapan tersebut belum tentu benar adanya karena ragam pilihan pia, roti, dan jajanan pasar yang tersedia di dalam toko tersebut dijual dengan harga yang sangat terjangkau namun tetap memperhatikan jaminan kualitas produknya yang terbaik, serta yang terutama adalah memberikan pelayanan yang terbaik kepada setiap konsumen yang datang langsung ke toko untuk membeli produk, maupun konsumen yang memesan lewat telepon.

Pihak manajemen perusahaan harus melakukan sebuah perubahan dengan menghadirkan inovasi baru yang lebih segar lagi agar dapat memenuhi keinginan dan harapan konsumen, yang pada akhirnya akan member rasa percaya konsumen untuk melakukan pembelian kembali terhadap produk toko pi saronde serta merekomendasikan kepada pihak lain secara orang perorangan.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul. ‘‘Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian DI Toko Pia Saronde’’

1.2      IDENTIFIKASI MASALAH
·         Konsumen semakin banyak memiliki alternative untuk membandingkan sebelum melakukan pembelian
·         Konsumen beranggapan harga yang diberikan sangat mahal
·         Pihak manajemen perusahaan harus melakukan sebuah perubahan dengan menghadirkan inovasi baru
·         Harga yang ditetapkan harus sesuai dengan mutu produk
·         Produsen harus memperhaatikan konsumen dan pesaingnya dalam menetapkan harga
·         Produsen harus mempelajri dan memahami perilaku konsumen mereka.

1.3      RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis membuat rumusan masalah dala penelitian ini sebagai berikut “ Apakah terdapat pengaruh harga terhadap keoutusan pembeliah Pia Saronde ”
.
1.4      TUJUAN PENELITIAN
Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah “ Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembeliah Pia Saronde ”

1.5      MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1.    Manfaat teoritis.
a.    Bagi peneliti.
Penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam dan mengaplikasikan teori pemasaran yang sudah diperoleh, terutama mengenai kemasan, harga dan promosi. Selain itu sebagai sarana dalam meningkatkan kompetensi dan mengembangkan wawasan keilmuan dalam membuat sebuah produk makanan ringaan harus mengerti yang dibutuhkan oleh konsumen.
b.    Bagi pembaca.
Bagi pembaca diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan mengenai ilmu-ilmu pemasaran khususnya kemasan, harga, promosi dan proses keputusan pembelian.
2.    Manfaat praktis
a.    Bagi usaha kecil menegah.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak UKM sebagai pertimbangan dalam membuat sebuah produk makanan ringan/cemilan harus memperhatikan harga yang akan memepngaruhi proses keputusan pembelian konsumen.
b.    Bagi konsumen
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada konsumen agar lebih mengenalkan produk makann ringan/cemilan UKM Gorontalo yang selalu menerapkan harga yang tepat  mengena langsung pada konsumen.


















BAB II
LANDASAN TEORI
2.1      PERILAKU KONSUMEN


2.1.1     Pengetian Perilaku Konsumen
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard, 1993 dalam Ujang Sumarwan Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,  mengkonsumsi,  menghabiskan  produk  dan  jasa,  termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut.

Menurut Kotler (2005) perilaku konsumen itu sendiri dipengaruhi oleh beberpa faktor antara lain :
1.    Faktor Kebudayaan
Kebudayaan merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari lembaga-lembaga penting lainnya. Faktor kebudayaan memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada tingkah laku konsumen. Pemasar harus mengetahui peran yang dimainkan oleh:
a.    Budaya
Budaya adalah keseluruhan yang kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, kebiasaan, dan setiap kemampuan dan kebiasaan yang di peroleh oleh setiap orang sebagai anggota masyarakat termasuk dalam budaya ini adalah pergeseran budaya serta nilai nilai dalam keluarga.

b.    Subbudaya
Sub budaya adalah sekelompok orang dengan sistem nilai terpisah berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang umum. Sub budaya termasuk nasionalitas, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis.
c.    Kelas Sosial
Kelas sosial adalah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan yang keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa.

2.    Faktor-Faktor social
Kelas sosial merupakan Pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel lain. Dalam beberapa sistem sosial, anggota dari kelas yang berbeda memelihara peran tertentu dan tidak dapat mengubah posisi sosial mereka. Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, yaitu:

a.    Kelompok Referensi
Kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau bersama. Beberapa merupakan kelompok primer yang mempunyai interaksi reguler tapi informal-seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan sekerja. Beberapa merupakan kelompok sekunder, yang mempunyai interaksi lebih formal dan kurang reguler. Ini mencakup organisasi seperti kelompok keagamaan, asosiasi profesional dan serikat pekerja.

b.    Keluarga
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan telah diteliti secara mendalam, pemasar tertarik dalam peran dan pengaruh suami, istri dan anak-anak pada pembelian berbagai produk dan jasa.

c.    Peran dan Status
Peran terdiri dari aktivitas yang diharapkan dilakukan seseorang menurut orang-orang yang ada disekitarnya. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Orang seringkali memilih produk yang menunjukkan statusnya dalam masyarakat.

3.    Faktor Pribadi
Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan.
Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu:

a.    Umur dan tahapan dalam siklus hidup
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabot dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pemasar seringkali menentukan sasaran pasar dalam bentuk tahap daur hidup dan mengembangkan produk yang sesuai serta rencana pemasaran untuk setiap tahap.

b.    Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pemasar berusaha mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata akan produk dan jasa mereka. Sebuah perusahaan bahkan dapat melakukan spesialisasi dalam memasarkan produk menurut kelompok pekerjaan tertentu.

c.    Situasi ekonomi
Situasi ekonomi sekarang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat minat. Bila indikator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, memposisikan kembali dan mengubah harga produknya.

d.    Gaya hidup
Pola kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam aktivitas (pekerjaan, hobi, berbelanja, olahraga, kegiatan sosial), minat (makanan, mode, keluarga, rekreasi) dan opini yang lebih dari sekedar kelas sosial dan kepribadian seseorang, gaya hidup menampilkan pola bereaksi dan berinteraksi seseorang secara keseluruhan di dunia.

e.    Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian setiap orang jelas mempengaruhi tingkah laku membelinya. Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respons yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan dirinya sendiri. Kepribadian biasanya diuraikan dalam arti sifat-sifat seperti rasa percaya diri, dominasi, kemudahan bergaul, otonomi, mempertahankan diri, kemampuan menyesuaikan diri, dan keagresifan. Kepribadian dapat bermanfaat untuk menganalisis tingkah laku konsumen untuk pemilihan produk atau merek tertentu.

4.    Faktor Psikologis
Faktor psikologis sebagai bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya pada waktu yang akan dating Pilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh faktor psikologi yang penting:

a.    Motivasi
Para peneliti motivasi mengumpulkan informasi mendalam dari sekelompok kecil sampel konsumen untuk mengetahui motif yang lebih dalam untuk pilihan-pilihan produk mereka. Mereka menggunakan wawancara mendalam tanpa arahan dan berbagai macam “teknik proyektif” untuk menanggalkan penjagaan ego yaitu teknik-teknik seperti asosiasi kata, penyelesaian kalimat, interpretasi gambar dan bermain peran. Para peneliti motivasi telah mendapatkan kesimpulan-kesimpulan yang menarik dan kadang-kadang aneh tentang apakah yang ada dibenak konsumen sehubungan dengan pembelian tertentu. Meskipun kadang-kadang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan aneh, riset motivasi tetap bermanfaat sebagai alat bagi para pemasar untuk memahami perilaku konsumen secara lebih dalam.

b.    Persepsi
adalah proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan dan mengintepretasikan informasi guna membentuk gambaran yang berarti mengenai dunia. Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana orang tersebut bertindak dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi.

c.    Pengetahuan
Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari pengalaman. Pentingnya praktik dari teori pengetahuan bagi pemasar adalah mereka dapat membentuk permintaan akan suatu produk dengan menghubungkannya dengan dorongan yang kuat, menggunakan petunjuk yang membangkitkan motivasi, dan memberikan peranan positif.

d.    Keyakinan dan sikap
Melalui tindakan dan pembelajaran, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya ini, pada waktunya mempengaruhi tingkah laku membeli. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Keyakinan didasarkan pada pengetahuan yang sebenarnya, pendapat atau kepercayaan dan mungkin menaikkan emosi atau mungkin tidak.
 
Pemasaran tertarik pada keyakinan bahwa orang yang merumuskan mengenai produk dan jasa spesifik, karena keyakinan ini menyusun citra produk dan merek yang mempengaruhi tingkah laku membeli yang mempengaruhi tingkah laku membeli. Bila ada sebagian keyakinan yang salah dan menghalangi pembelian, pemasar pasti ingin meluncurkan usaha untuk mengkoreksinya.

Sikap menguraikan evaluasi, perasaan dan kecenderungan dari seseorang terhadap suatu obyek atau ide yang relatif konsisten. Sikap menempatkan orang dalam suatu kerangka pemikiran mengenai menyukai atau tidak menyukai sesuatu mengenai mendekati atau menjauhinya.
Menurut Kotler (2005) : Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Keyakinan ini mungkin didasarkan pada pengetahuan sebenarnya, pendapat atau kepercayaan dan mungkin menaikkan emosi dan mungkin tidak.









BAB III
METODE PENELITIAN

3.1      TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Tempat yang akan menjadi objek penelitian ini adalah Pia Saronde Khas Gorontalo dan penelitian ini berlangsung selama 1 bulan

3.2      DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jennies penelitian deskriptif dengan model penelitian kuantitatif serta dilakukan uji statistik dengan menggunakan analisis regresi sederhana untuk melihat apakah terdapat pengaruh harga terhadap proses keputusan pembelian pia saronde khas Gorontalo.


















DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Iful dan Satrio. 2015. Pengaruh Harga Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, | Volume 4 No 12
Budiyono & Bernard, N.M. 2004. Studi Mengenai Pengembangan Strategi Produk. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, | Volume 3 No 2
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi .Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.
Kotler, Philip Dan Amstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi Ke 12. Jilid Ii. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip, 2007. Manajemmen Pemasaran. Edisi Keduabelas (Edisi Indonesia), Jilid 1, Alih Bahasa Benyamin Molan. Jakarta: Indeks
M. Mursidi. 2006.  Manajemen Pemasaran. Jakarta : Bumi Aksara
Muchammad Chusnul Akrom. 2013. Pengaruh Kemasan, Harga Dan Promosi Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Kripik Paru Umkm Sukorejo Kendal. Skripsi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Sembiring  A. Dessy. 2014 Pengaruh Iklan Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Yamaha Mio (Studi Pada Pt. Yamaha Mataram Sakti Di Kota Semarang) Jurnal Manajemen Pemasaran Vol. 3 No. 1
Seland  A.D. Christian. 2013 Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Pengaruhnya Terhadap Loyalitas Konsumen Pada Fresh Mart Bahu Mall Manado. Jurnal EMBA Volume.1 Nomor 3
Sugiyono. 2007. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung :
               . 2008. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Supranto, J. dan Nandan L. 2007. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran untuk Memenangkan Persaingan Bisnis. Jakarta: Mitra wacana media.
Suroso H. Bayu Dan  Iriani S. Sri. 2014 Pengaruh Inovasi Produk Dan Harga Terhadap Minat Beli Mie Sedaap Cup. Jurnal Ilmu Manajemen | Volume 2  No. 4
Swastha, Basu. 2000. Azas-azas Marketing. Liberty. Yogyakarta.
Winny Gayatri. 2013.  Penentuan Harga Jual Produk Dengan Metode Cost Plus Pricing Pada Pt.Pertani (Persero) Cabang Sulawesi Utara Jurnal Emba | Volume.1 No.4
Yohana F. Cahya Palupi Meilani. 2012.  Faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Produk Makanan Dan Minuman Usaha Kecil Menengah Kabupaten Tangerang. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, | Volume 14, No. 2.
http://piasaronde.com/tentang-kami (diakses 20-01-2017)

3.Apakah tugas kelompok anda termasuk proposal kualitatif atau kuantitatif?
Tugas besar kami termasuk proposal penelitian kualititatif karena mengutamakan penggunaan kuisioner









TUGAS 5

TEKNIK  PENGUMPULAN DATA MENGGUNAKAN METODE WAWANCARA   Wawancara adalah tanya jawab antara dua pihak yaitu pewawancara dan narasu...